Mengonsumsi daging bajing atau tupai dipercaya sebagian masyarakat mampu menyembuhkan penyakit diabetes sehingga jenis makanan ini saat ini banyak dicari masyarakat.
Rohmiyati, pemilik warung tongseng bajing di Desa Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu (24/7/2010), mengatakan hampir setiap hari permintaan masyarakat akan daging binatang pengerat ini sangat tinggi bahkan sampai dirinya tidak mampu memenuhinya. "Permintaan masyarakat akan daging bajing ini sangat tinggi, berapapun yang saya bawa untuk dijual pasti habis terbeli, dari informasi yang kami dengar daging bajing ini mampu menyembuhkan penyakit diabetes, kanker, rematik dan lever," kata Rohmiyati.
Menurut dia, meskipun permintaan masyarakat akan daging bajing ini cukup tinggi, dirinya tidak setiap hari mampu menyediakan masakan daging bajing baik yang dimasak tongseng maupun yang hanya digoreng biasa. "Saat ini sangat sulit mencari bajing dan belum tentu setiap hari kami bisa mendapatkan dagangan," katanya.
Ia mengatakan, selama ini dirinya mendapatkan bajing dari para pemburu yang menyetorkan di warungnya. "Ada tiga pemburu yang biasanya setor daging bajing di tempat saya dan mereka biasanya berburu di Purworejo, Temanggung, Kebumen dan beberapa daerah lain, setiap kali setor paling banyak hanya sekitar 15 ekor saja," katanya.
Selain menjual tongseng daging bajing Rohmatini juga menyediakan tongseng daging codot dan daging burung emprit (pipit). "Kalau daging codot dipercaya masyarakat mampu menyembuhkan penyakit asma, sedangkan untuk daging burung emprit belum tahu kasiatnya dan biasanya masyarakat membeli hanya untuk sekadar hobi saja," katanya.
Ia mengatakan, selama ini dirinya mendapatkan bajing dari para pemburu yang menyetorkan di warungnya. "Ada tiga pemburu yang biasanya setor daging bajing di tempat saya dan mereka biasanya berburu di Purworejo, Temanggung, Kebumen dan beberapa daerah lain, setiap kali setor paling banyak hanya sekitar 15 ekor saja," katanya.
Selain menjual tongseng daging bajing Rohmatini juga menyediakan tongseng daging codot dan daging burung emprit (pipit). "Kalau daging codot dipercaya masyarakat mampu menyembuhkan penyakit asma, sedangkan untuk daging burung emprit belum tahu kasiatnya dan biasanya masyarakat membeli hanya untuk sekadar hobi saja," katanya.
Menu tradisional tersebut ternyata sudah ada sejak zaman dulu, dan tertera dalam Serat Centhini, sebuah karya yang selama ini dianggap sebagai ensiklopedi budaya masyarakat Jawa karena segala ilmu pengetahuan dan kebudayaan tertulis dalam serat itu.
Masakan daging bajing sebelumnya juga pernah disajikan di Waroeng Dhahar Pulo Segaran di kawasan Tembi Rumah Budaya. "Namun saat ini menu tradisional daging bajing tidak setiap hari kami sajikan dan hanya pada hari tertentu saja untuk melindungi satwa tersebut dari kepunahan," kata Sales and Marketing Manager Tembi Rumah Budaya Sugihandono Kurniawan.
KLIK AJA DISINI KALAU INGIN MENJELAJAHI PLANET MARS
No comments:
Post a Comment